OKU TIMUR – Pemerintah Pusat secara resmi telah menaikkan harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada Sabtu, 3 September 2022 lalu.
Kenaikan BBM bersubsidi tersebut meliputi kenaikan harga jual pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp. 10.000 per liter, dan Solar dari Rp. 5.150 per liter menjadi Rp. 6.800 per liter.
Kenaikan harga BBM tersebut mendapatkan penolakan dari sejumlah elemen masyarakat, diantaranya dilakukan oleh Mimbar Peradaban Indonesia Cabang OKU Timur.
Dalam pers rilisnya yang disampaikan ke pedoman.news, Mimbar Peradaban Indonesia Cabang OKU Timur menilai kebijakan pemerintah menaikan harga BBM tersebut sangat tidak tepat, karena saat ini Indonesia baru saja menuju kepulihan dari dampak Covid-19, dan perekonomian masyarakat belum dikatakan stabil dan bangkit.

“Kebijakan pemerintah menaikan harga BBM ini tidak sesuai dengan tagline HUT Ke-77 RI Pulih Lebih Cepat, bangkit lebih Kuat,” ujar Ketua Mimbar Peradaban Indonesia Cabang OKU Timur Rudiansyah dalam rilisnya.
Menurut Rudiansyah, kebijakan menaikan harga BBM menjadi kontraproduktif dengan tagline HUT Ke-77 RI, karena BBM menjadi penyokong utama bangkitnya sektor pertanian, nelayan dan UMKM, jika BBM dinaikkan harganya menurutnya akan berdampak pada kelesuan ekonomi 3 sektor tersebut.
“Oleh karena itu Mimbar Peradaban Indonesia Cabang OKU Timur tegas menolak kenaikan BBM ini sebab semua sektor akan terdampak karna BBM naik, dimana perekonomian masyarakat belum stabil bahkan jauh dari kata bangkit,” sambung Rudiansyah.
Mimbar Peradaban Indonesia Cabang OKU Timur menilai pemerintah abai dan tidak peduli terhadap kesusahan dan penderitaan rakyat saat ini.
“Presiden abai dan tidak peduli terhadap kesusahan rakyat yang perekonomiannya yang masuk kategori menengah ke bawah belum bangkit dari dampak Covid-19.
Lebih lanjut Mimbar Peradaban Indonesia Cabang OKU Timur memberikan tagline atas kebijakan pemerintah saat ini dengan tagline “BBM Harga Elit, Perekonomian Sulit,” tutupnya.